Spesies Baru Tikus Ditemukan Ilmuwan Australia di Daerah Sulawesi Barat

SMAMUJU - Ilmuwan asal Australia bersama beberapa rekan peneliti melakuakn penelitian spesies mamalia di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Dari hasil penelitian dilaporkan, ada spesies mamalia baru yang dikenal sebagai tikus berekor ramping telah ditemukan dalam proses penelitian tersebut.

Setelah dilakukan pengukuran, spesies tikus ini memiliki panjang sekitar 30 cm, termasuk ekornya dan berat sekitar 40 gram.

Para ilmuwan yakin, tikus ini makan akar dan serangga, ketimbang hanya serangga seperti yang dilakukan tikus air Sulawesi. 

Penemuan ini, kata beberapa penelitia, berbeda dengan apa yang dilihat para peneliti sebelumnya.

Peneliti mengarah pada kesimpulan mereka untuk percaya ini bukan hanya spesies baru, tetapi juga genus baru, kelompok yang lebih luas dalam pohon keluarga.

Kevin Rowe, kurator senior mamalia dari Museum Victoria, adalah bagian dari tim yang menemukan tikus ini di Gunung Gandangdewata yang terpencil.

"Menurut masyarakat setempat, yang tahu tikus itu, spesies ini mencari makan di antara akar. Ia tampaknya memiliki banyak kumis dan mereka mungkin membantu menemukan makanan di antara lumut dan akar yang tumbuh di hutan ini," ujarnya.

Ilmuwan telah menamai tikus ini Gracillimus radix, yang berarti tikus ekor ramping. Ini adalah tikus baru keempat yang ditemukan oleh tim ini selama bertahun-tahun. 

Pada awalnya, peneliti diarahkan oleh petani setempat yang bertani di area lokasi penemuan spesies baru tikus ini.

Petani merupakan orang-orang lokal yang bertani di dekatnya, dan akrab dengan hutan dan makhluk-makhluk penghuninya.

Para peneliti melakukan camp di area penemuan selama tiga pekan tinggal di hutan dengan masyarakat setempat.

Kevin Rowe mengaku takjub dengan berbagai hal luar biasa yang dirasakan peneliti berinteraksi dengan masyarkat.

Dimana masyarakat di daerah ini benar-benar melindungi hutan hujan di kawasan tersebut.

Ia menambahkan, di daerah ini terdapat tetua desa yang akrab dipanggil Papa Daud.

Papa Daud merupakan panggilan akrab tokoh masyarakat di kawasan tersebut yang memiliki nama asli Timothius Zamboanga. 

Timothius Zamboanga, tokoh lokal masyarakat setempat yang berusia 82 tahun ketika para peneliti pertama kali tiba pada 2011.

Timothius Zamboanga ikut mendaki dengan peneliti ke hutan yang memiliki kontur tanah pegunungan.

"Selama dua hari dengan kami, mendaki gunung, tinggal bersama kami dan kemudian membantu menemukan hewan untuk kami," ungkap Kevin.

Kevin mengatakan, pulau ini memiliki kekayaan spesies tak tergambarkan yang tersembunyi di hutan hujan lebat. 

"Pohon-pohon dan tanah itu sendiri tertutup karpet lumut yang terurai seperti kerudung dari kanopi hutan dan sangat berawan serta berkabut. Ada banyak hutan yang benar-benar belum pernah diinventarisasi secara intensif dan itulah yang menjadi tujuan dari proyek kami," katanya.

Tahun lalu, tim ini mengumumkan penemuan tikus berhidung babi. Genus baru lainnya, yang teridentifikasi oleh moncong seperti babi, kaki belakang yang panjang, pembukaan bibir yang kecil dan rambut kemaluan yang panjang.(*)

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi SUARAPAREPARE.COM menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuaraparepare@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027