Membedah Toleransi dan Nasionalisme Habib Luthfi Bin Yahya

Membedah Toleransi dan Nasionalisme Habib Luthfi Bin Yahya

SUARA PAREPARE
- Sebagai warga Negara Indonesia, setiap Individu haruslah memiliki rasa nasionalisme sebagai rasa cinta terhadap tanah air. 

Menghargai dalam bersikap dan bertoleransi baik dalam beragama serta menghormati perbedaan antar sesama merupakan beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai wujud rasa cinta terhadap tanah air.

Perbedaan yang ada dalam Negara Indonesia seharusnya tidak menjadi alasan untuk bersama sama menjaga bangsa Indonesia  dari kelompok-kelompok yang berusaha untuk melunturkan rasa persatuan dan kesatuan. 

Baca Juga: Generasi Muda Agen Perubahan di Era Digital

Toleransi merupakan suatu sikap dan tindakan dalam menghargai dan menghormati perbedaan suku, agama, ras, golongan, maupun pendapat dari orang lain.

Dengan sikap toleransi yang kuat akan terlahir rasa persatuan, menghargai perbedaan dan kebersamaan yang pada akhirnya akan muncul rasa nasionalisme yang membuat seseorang akan cinta terhadap tanah airnya. 

Salah satu tokoh agama yang memiliki gagasan pemikiran nasionalis adalah Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan.

Beliau adalah Sosok ulama yang seringkali menyuarakan nasionalisme dalam setiap ceramah yang dibawanya. 

Rasa nasionalisme ini pertama kali muncul ayahandanya yaitu Habib Ali Bin Yahya. Habib Luthfi menceritakan bahwa beliau semasa kecil pernah melepas bendera merah putih dari tiang bambu dan meletakkannya di tanah.

Kemudian ayahnya menegur dengan mengatakan “ Ini bukanlah sekedar bendera yang berwarna merah putih, melainkan ada nyawa serta harta yang dikorbankan agar bendera ini dapat berkibar, jangan sembarangan !!!..”. sejak saat itu mulai tumbuhlah rasa kesadaran untuk menghormati, menjaga, serta mencintai tanah air dalam dirinya.

Beliau  mengambil suatu contoh adanya nilai toleransi yang telah ditanamkan sejak zaman Sunan Kudus.“Karena waktu itu masyarakat Kudus beragama Hindu yang mensucikan hewan sapi, maka meski sudah banyak meng-Islamkan masyarakat, Sunan Kudus melarang masyarakat Kudus memotong hewan sapi,”.

Beliau juga kerap kali menyambut hangat perjumpaannya dengan berbagai tokoh agama lain. Contohnya saat Pendeta dan Biarawati bertamu kerumahnya saat hari raya idul fitri, beliau menerima dengan baik, contoh lain yaitu  saat Biksu yang menjalankan ritual thudong atau berjalan kaki ke candi Borobudur diundang ke kediamannya miliknya saat bertemu di Cirebon.

Hingga akhirnya para biksu beristirahat dan bermalam di kediamannya Kanzus Sholawat Pekalongan. Beliau juga kerap kali mengadakan upacara lintas agama yang diadakan setiap tahunnya dan dihadiri oleh berbagai golongan agama.

Seperti perwakilan dari organisasi keagamaan, siswa lembaga pendidikan Kristen, budha, dan juga santri pondok pesantren yang ada disekitar kota Pekalongan.

Menurut beliau cinta tanah air merupakan wujud terima kasih atau syukur kepada tanah air tempat lahir dan hidup. Karena tidak mungkin seseorang bisa bersyukur kepada Allah tanpa syukur kepada makhluk, maka terima kasih atau syukur kepada tanah air ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah.

Habib Luthfi juga menjelaskan bahwa tanpa mengetahui sejarah bangsa, maka kita menjadi generasi yang tidak punya jati diri bangsa dan tidak bangga kepada bangsa dan Negara. Kemudian kebanggaan itu memunculkan rasa memiliki,

Menghargai, dan Menghormati Bangsa dan Negara. Termasuk didalamnya adalah menghargai dan menghormati perbedaan yang ada dalam bangsa Indonesia. Sikap inilah yang menunjukan toleransi yang sangat melekat dalam dirinya, juga menjadi panutan untuk menghargai perbedaan yang ada di Indonesia.

Dengan begitu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak dapat dipecah belah juga mewujudkan persatuan dan kesatuan terhadap perbedaan yang ada sehingga menjadi bangsa yang aman, nyaman, dan tentram terutama Indionesia merupakan Negara multikultural yang memiliki keberagaman suku, budaya, ras, agama, dan golongan.

Penulis: Ilham sholihan
*Mahasiswa UIN Abdurrahman Wahid Pekalongan

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi SUARAPAREPARE.COM menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: redaksisuaraparepare@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027